You are here: Home > > ISLAMISASI TEKNOLOGI

ISLAMISASI TEKNOLOGI

Tidak dapat dipungkiri pada saat ini manusia tidak bisa lepas dari yang namanya teknologi. Siapapun, kapanpun, dan di manapun semuanya sangat tergantung dengan teknologi.
Teknologi adalah pengembangan dan aplikasi dari alat, mesin, material dan proses yang menolong manusia menyelesaikan masalahnya. Sebagai aktivitas manusia, teknologi mulai dikenal sebelum sains dan teknik. Berbeda dengan ilmu pengetahuan yang merupakan input dari proses rekayasa, teknologi adalah hasil proses rekayasa dari ilmu pengetahuan.
Teknologi dibuat dengan tujuan mempermudah pekerjaan manusia, sehingga jika kenyataannya malah mempersulit, berarti tidak bisa disebut teknologi. Teknologi tidak hanya sekedar berupa penemuan saintifik namun juga termasuk di dalamnya penemuan-penemuan kuno seperti roda dan sebagainya.
Saat ini masyarakat dunia cenderung menganggap bahwa teknologi adalah hasil karya orang-orang Barat, padahal tidak sedikit orang Islam yang ikut andil dalam merintis bidang ini. Oleh karena itu, perlu adanya pemahaman dari kesalahpahaman tersebut.
Sebagian besar teknologi dicetuskan muslim
Manusia dituntut untuk berbuat sesuatu dengan sarana teknologi. Sehingga tidak mengherankan jika abad ke-7 M telah banyak lahir pemikir Islam yang tangguh produktif dan inovatif dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kepeloporan dan keunggulan umat Islam dalam bidang ilmu pengetahuan sudah dimulai pada abad itu.
Jika diteliti secara mendalam, ayat-ayat Al Qur’an yang pertama kali turun ternyata mengandung unsur-unsur teknologi, selain didalamnya terdapat perintah untuk membaca tentunya. Pada masa-masa menjelang kenabian, kaum jahiliyyah mengalami kemunduran yang signifikan dalam bidang sains, teknologi, maupun intelektual sehingga turunnya Al Qur’an menjadikan kaum muslimin mengkaji dan mulai mengembangkan sains dan teknologi bersumber dari kalam ilahi. Sebagian dari hasil pengkajian dan penelitian tentang Al Qur’an diantaranya tentang cakrawala yang bergerak secara terapung , pergerakan bumi , dan atom adalah benda terkecil .
Berdasarkan dari kalam Allah tersebut, umat Islam mulai meneliti berbagai kemukjizatan Al Qur’an yang tak lekang oleh waktu dan senantiasa sesuai dengan perkembangan jaman. Menjelang pertengahan abad kesembilan, ilmu pengetahuan yang semakin berkembang membuktikan fakta bahwa sains yang dibawa Al Quran adalah benar dan ilmu dalam kitab itu mendahului zaman ketika ia diturunkan dan semakin mengukuhkan bahwa Al Qur’an adalah kalam Allah, bukan buatan manusia.
Kebenaran fakta al-Quran semakin meyakinkan dan pelbagai rahasia kitab suci itu terus digali sehingga kegemilangan sains terus disingkap dalam tamadun Islam menerusi perkembangan ilmu dan penciptaan teknologi. Kemudian muncul nama-nama besar ilmuwan dan saintis Islam seperti Ibnu Haitam (sains optik), Ibnu Yunus (penciptaan jam), Ibnu Nafis (sistem lengkap peredaran darah), Ibnu Sina (sains perubatan), al-Biruni (astronomi), al-Khawarizmi (matematika) dan Ibnu Rusyd (filsafat). Dan ternyata penemuan Ibnu Haitam mengenai hakikat gravitasi jauh lebih awal sebelum dijadikan teori oleh Isaac Newton.
Hal serupa juga ditemui pada konsep penerbangan seperti dijelaskan oleh Ibnu Firnas dan kemudian diadaptasi Wilbur Wright dan Oliver Wright. Ibnu Firnas juga sudah menjalankan kajian cakrawala kira-kira 600 tahun sebelum Leonardo da Vinci melakukannya.
Ironisnya, pengembangan ilmu dan kegemilangan peradaban Islam itu tidak dapat diteruskan, seolah-olah usaha itu seumpama api yang kehabisan minyak, semakin lama semakin meredup berbarengan ketika berakhirnya Kerajaan Abbasiyah. Berbagai maklumat dan penemuan penting juga dikatakan hilang ketika berlakunya Perang Salib.
Masyarakat Barat yang suatu ketika dulu turut menggali ilmu hasil cernaan cendekiawan muslim sebaliknya mulai mengambil alih peranan mengembangkan ilmu pengetahuan. Yang sangat disayangkan bahwa kemajuan-kemajuan itu tidak sempat ditindaklanjuti dengan sebaik-baiknya sehingga tanpa sadar umat Islam akhirnya melepaskan kepeloporannya. Lalu bangsa Barat dengan mudah mengambil dan menransfer ilmu dan teknologi yang dimiliki dunia Islam dan dengan mudah pula mereka berbuat licik yaitu membelenggu para pemikir Islam sehingga sampai saat ini bangsa Baratlah yang menjadi pelopor dan pengendali ilmu pengetahuan dan teknologi. Ironisnya, seolah-olah mereka mencoba menafikan kegemilangan cendekiawan muslim. Orang-orang Barat mengganti nama saintis Muslim dengan berbagai nama diantaranya Ibnu Sina kepada Avicenna, Al-Biruni (Alberuni), Al-Battani (Albetagnius), Ibnu Haitam (Alhazen), Al-Kindi (Alkindus) dan Ibnu Rusyd (Averroes). Sehingga kini, tidak mengherankan jika kajian dan pengembangan ilmu pengetahuan tidak lagi didominasi umat oleh Islam. Kegemilangan ilmu pada peradaban Islam kini sekedar mampu dikenang, ia sekedar mampu dibanggakan pencapaiannya.
Dengan pengaruh besar dan strategi yang cukup ‘licik’, manusia termasuk umat Islam kini lebih mengenali ilmuwan Barat dalam pelbagai bidang, Issac Newton lebih dikenali daripada Ibnu Haitam dan Wright bersaudara lebih dikenali daripada Ibnu Firnas.
Bagaimanapun, kegemilangan Islam menguasai ilmu senantiasa diabadikan. Saintis Islam, Dr. Fuat Sezgin menjejak, mengumpul dan mengembalikan khazanah ilmu hasil peradaban Islam yang ‘hilang’ melanjutkan perintisan Institut Sejarah Sains Islam- Arab di Frankfurt di Johann Wolfgang Goethe Universiti, Frankfurt, Jerman pada 1982.
Mengislamkan teknologi
Saat ini telah banyak teknologi milik Barat yang ternyata adalah hak paten kaum muslim. Berikut ini beberapa contoh teknologi yang merupakan hasil karya orang Islam.
1. Operasi Bedah
Sekitar tahun 1000 M, Al-Zahawi mempublikasikan 1500 ensiklopedia berilustrasi tentang operasi bedah yang digunakan di Eropa sebagai referensi medis selama lebih dari 500 tahun. Diantara banyak penemu, Zahrawi yang menggunakan larutan usus kucing sebagai benang jahitan, sebelum menangani operasi kedua untuk memindahkan jahitan pada luka. Dia juga diceritakan telah melakukan operasi caesar dan menciptakan sepasang alat penjepit pembedahan.
2. Mesin Terbang
Abbas bin Firnas adalah orang yang pertama membuat konstruksi pesawat terbang dan menerbangkannya. Pada abad ke-9 dia mendesain sebuah perangkat sayap dan secara khusus membentuk layaknya kostum burung. Dalam percobaannya yang terkenal di Cordova Spanyol, Ibnu Firnas terbang tinggi untuk beberapa saat sebelum kemudian jatuh ke tanah dan mematahkan tulang belakangnya. Desain yang dibuatnya secara tidak terduga menjadi inspirasi bagi seniman Italia Leonardo da Vinci beberapa ratus tahun kemudian.
3. Aljabar
Kata aljabar berasal dari judul kitab matematikawan terkenal Persia pada abad ke-9 ‘Kitab Al-Jabr Wa Al-Muqobalah’ yang kemudian diterjemahkan ke dalam buku ‘The Book of Reasoning and Balancing’. Membangun akar sistem Yunani dan Hindu, aljabar adalah sistem pemersatu untuk nomor rasional, nomor tidak rasional dan gelombang magnitudo. Matematikawan lainnya Al-Khawarizmi juga yang pertama kali memperkenalkan konsep angka menjadi bilangan yang bisa mempunyai kekuatan.
4. Optik
Banyak kemajuan penting dalam studi optik datang dari dunia muslim. Antara tahun 1000 M Ibnu Haitam membuktikan bahwa manusia melihat obyek dari refleksi cahaya dan masuk ke mata, mengacuhkan teori Euclid dan Ptolemy bahwa cahaya dihasilkan dari dalam mata sendiri. Fisikawan hebat muslim lainnya juga menemukan fenomena pengukuran kamera di mana dijelaskan bagaimana mata gambar dapat terlihat dengan koneksi antara optik dan otak.
5. Sikat gigi
Nabi Muhammad saw mempopulerkan penggunaan sikat gigi pertama kali pada tahun 600 M. Beliau menggunakan ranting pohon miswak (kayu ‘aroq) untuk membersihkan gigi dan menyegarkan nafas. Substansi kandungan pada miswak (lebih populer dengan sebutan siwak) juga digunakan pada pasta gigi modern.
6. Engkol
Banyak dasar sistem otomatis modern yang pertama kali berasal dari dunia muslim, termasuk pemutar yang menghubungkan sistem. Dengan mengkonversi gerakan memutar dengan gerakan lurus, pemutar memungkinkan obyek berat terangkat relatif lebih mudah. Teknologi tersebut ditemukan oleh Al-Jazari pada abad ke-12, kemudian digunakan dalam penggunaan sepeda hingga kini.
Perspektif Islam tentang teknologi
Para ilmuwan Barat dari abad ke abad kian mendewa-dewakan rasionalitas bahkan telah menuhankan ilmu dan teknologi sebagai kekuatan hidupnya. Mereka menyangka bahwa dengan iptek mereka pasti bisa mencapai segala sesuatu yang ada di bumi ini dan merasa dirinya berkuasa dengan menundukkan langit bahkan mengira akan dapat menundukkan segala yang ada di muka bumi ini. Sehingga tokoh-tokoh mereka merasa mempunyai hak untuk memaksakan ilmu pengetahuan dan teknologinya itu kepada semua yang ada di bumi agar mereka bisa mendikte dan memberi keputusan terhadap segala permasalahan di dunia. Sebenarnya masyarakat Barat itu patut dikasihani karena akibat kesombongannya itu mereka lupa bahwa manusia betapapun tinggi kepandaiannya hanya bisa mengetahui kulit luar atau hal-hal yang lahiriah saja dari kehidupan semesta alam. Manusia hanya diberi ilmu pengetahuan yang sedikit dari kemahaluasan ilmu Allah. Di atas orang pintar ada lagi yang lebih pintar dan sungguh Allah swt benci kepada orang yang hanya tahu tentang dunia tetapi bodoh tentang kebenaran yang ada di dalamnya.
Tampaknya manusia di masa depan akan mencapai taraf kemakmuran yang lebih tinggi dan memperoleh kemudahan-kemudahan yang lebih banyak lagi. Walaupun demikian kita juga menyaksikan betapa batin manusia zaman sekarang selalu mengerang karena sifat kerakusan manusia semakin merajalela dan perasaan saling iri antara perorangan atau kelompok telah menyalakan api kebencian di mana-mana. Kata orang bijak di dunia sekarang ini nafsu manusia lebih besar daripada akal sahabatnya. Kebanyakan manusia di dunia kini hanya mengingat kesenangan hidupnya dan lupa kepada Tuhannya. Ia mengira bahwa dunia ini adalah segalanya, tak ada kelanjutannya dan tak ada kehidupan kecuali di dunia saja. Benar jika agama Islam tidak menghambat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi juga tidak anti terhadap barang-barang produk teknologi baik di jaman lampau di masa sekarang maupun di waktu-waktu yang akan datang. Demikian pula ajaran Islam tidak akan bertentangan dengan teori-teori pemikiran modern yang teratur dan lurus dan analisa-analisa yang teliti dan obyekitf. Dalam pandangan Islam menurut hukum asalnya segala sesuatu itu adalah mubah termasuk segala apa yang disajikan oleh berbagai peradaban baik yang lama ataupun yang baru. Semua itu sebagaimana diajarkan oleh Islam tidak ada yang hukumnya haram kecuali jika terdapat nash atau dalil yang tegas dan pasti mengharamkannya. Bukanlah Al Qur’an sendiri telah menegaskan bahwa agama Islam bukanlah agama yang sempit?
Adapun peradaban modern yang begitu luas memasyarakatkan produk-produk teknologi canggih seperti televisi video alat-alat komunikasi dan barang-barang mewah lainnya serta menawarkan aneka jenis hiburan bagi tiap orang tua, muda ataupun anak-anak yang tentunya alat-alat itu tidak bertanggung jawab atas apa yang diakibatkannya tetapi di atas pundak manusianyalah terletak semua tanggung jawab itu. Sebab adanya pelbagai media informasi dan alat-alat canggih yang dimiliki dunia saat ini dapat berbuat apa saja kiranya faktor manusianyalah yang menentukan operasionalnya. Ada kalanya menjadi manfaat yaitu manakala manusia menggunakan dengan baik dan tepat. Tetapi dapat pula mendatangkan dosa dan malapetaka manakala manusia menggunakannya untuk mengumbar hawa nafsu dan kesenangan dunia semata. Teknologi ibarat pisau. Jika dipakai untuk mengiris atau memotong sayuran, maka bukanlah sebuah keharaman. Tetapi jika digunakan untuk mengancam sesamanya ataupun membunuh, maka jelaslah keharamannya. Lihatlah teknologi software kitab atau lebih populer dengan sebutan maktabah syamilah. Kaum santri yang notabene dulunya masih kesulitan ketika mancari ibarat-ibarat dalam kitab, kini mulai menggunakan software ini. Maktabah syamilah yang berisi puluhan ribu kitab telah menjadi jurus ampuh bagi kaum santri dan tentunya lebih efisien waktu dan biaya. Bayangkan jika tanpa ada maktabah syamilah, mencari ibarat dalam kitab pasti akan mengalami kesulitan dan memakan waktu yang tidak sebentar. Begitu juga dengan biaya, membeli puluhan ribu kitab pastilah memakan biaya yang sangat mahal.
Penutup
Yang jelas, kita sebagai muslim harus senantiasa menjalankan syari’at Islam serta tidak boleh tertinggal oleh perkembangan jaman melalui mahir berteknologi bahkan menciptakan sebuah teknologi. Kemudian perlu diperhatikan substansi teknologi. Apakah sekadar untuk menuruti keinginan-keinginan syahwat lalu tenggelam dalam kemewahan dunia hingga melupakan akhirat dan menjadi pengikut-pengikut setan? Ataukah sebaliknya semua ilmu dan kemajuan itu dicari untuk menegakkan syariat Allah guna memakmurkan bumi dan menegakkan keadilan seperti yang dikehendaki Allah serta untuk meluruskan kehidupan dengan berlandaskan pada kaidah hukum-hukum Islam? Itulah pertanyaan dan tantangan bagi kita yang harus dijawab dengan pemikiran yang berwawasan jauh ke depan.
Namun terlepas dari problema dan kekhawatiran-kekhawatiran sebagaimana diuraikan di atas kita sebagai umat Islam harus selalu optimis dan tetap bersyukur kepada Allah swt seperti yang telah dijelaskan dalam firman-Nya, “lain syakartum laazidannakum walain kafartum inna ‘adzabiy lasyadid”.
Akhirnya, jangan pernah takut untuk berpikir, mencoba dan mebuat inovasi karena kebenaran hanya milik Allah, dan kekurangan adalah milik kita semua.

DAFTAR PUSTAKA
Arief Hikmah. 9 Penemuan Muslim yang Menggoncang Dunia. Artikel diakses pada 26 Juni 2010 dari http://ariefhikmah.com/sejarah/9-penemuan-muslim-yang-menggoncang-dunia/.
Azuddin Jud Ismail. KM Sejarah Sains dan Teknologi Islam. Artikel diakses pada 1 Januari 2009 dari http://www.scribd.com/doc/8938868/Azuddin-Jud-Ismail-KM-Sejarah-Sains-Teknologi-Islam.
Definisi Teknologi. Artikel diakses pada 20 Januari 2010 dari www.wikipedia.com.
Persepsi Islam Terhadap Perkembangan Sains dan Teknologi. Artikel diakses dari http://blog.re.or.id/persepsi-islam-terhadap-perkembangan-sains-dan-teknologi.htm.
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
You are here: Home > > Dakwah via Jurnalistik

Dakwah via Jurnalistik

Dewasa ini pengaruh globalisasi berkembang begitu pesat di tengah-tengah masyarakat dunia. Masyarakat pun menyadari bahwa saat ini mereka dihadapkan pada sebuah perubahan yang amat signifikan. Mungkin 10 tahun yang lalu masyarakat tidak pernah berpikir tentang adanya efek globalisasi yang begitu cepat merambah ke seluruh penjuru dunia. Terbukti, segala macam hal pasti ada dalam era globalisasi. Apa yang masyarakat inginkan, itulah yang mereka dapatkan. Impossible is nothing. Salah satu dampak globalisasi adalah pada aspek jurnalistik.
Jurnalistik secara harfiah berasal dari kata journalistic yang artinya kewartawanan atau hal ihwal pemberitaan. Kata dasarnya “jurnal” (journal), artinya laporan atau catatan, atau “jour” dalam bahasa Prancis yang berarti “hari” (day) atau “catatan harian” (diary). Dalam bahasa Belanda journalistiek artinya penyiaran catatan harian.
Jurnalistik adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan atau pelaporan setiap hari. Jadi jurnalistik bukan pers, bukan media massa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, jurnalistik diartikan sebagai kegiatan untuk menyiapkan, mengedit, dan menulis surat kabar, majalah, atau berkala lainnya.
Menurut Onong Uchjana Effendy , kegiatan jurnalistik sudah berlangsung sangat tua, dimulai zaman Romawi Kuno ketika Julius Caesar berkuasa. Waktu itu ia mengeluarkan peraturan agar kegiatan-kegiatan senat setiap hari diumumkan kepada khalayak dengan ditempel pada semacam papan pengumuman yang disebut dengan Acta Diurna. Berbeda dengan media berita saat ini yang 'mendatangi' pembacanya, saat itu pembaca yang datang kepada media berita tersebut. Sebagian khalayak yang merupakan tuan tanah/hartawan yang ingin mengetahui informasi, mereka menyuruh budak-budaknya yang bisa membaca dan menulis untuk mencatat segala sesuatu yang terdapat pada Acta Diurna. Dengan perantaraan para pencatat yang disebut Diurnarii, para tuan tanah dan hartawan tadi mendapatkan berita-berita tentang Senat. Perkembangan selanjutnya pada Diurnarii tidak terbatas kepada para budak saja, tetapi juga bebas bagi orang yang ingin menjual catatan harian kepada siapa saja yang memerlukannya. Beritanya pun bukan saja kegiatan senat, tetapi juga hal-hal yang menyangkut kepentingan umum dan menarik khalayak. Akibatnya, terjadilah persaingan di antara Diurnarii untuk mencari berita dengan menelusuri kota Roma, bahkan sampai keluar kota itu. Persaingan itu kemudian menimbulkan korban pertama dalam sejarah jurnalistik. Seorang Diurnarii bernama Julius Rusticus dihukum gantung atas tuduhan menyiarkan berita yang belum boleh disiarkan (masih rahasia). Pada kasus tersebut terlihat bahwa kegiatan jurnalistik di zaman Romawi Kuno hanya mengelola hal-hal yang sifatnya informasi saja. Tetapi kegiatan jurnalistik tidak terus berkembang sejak zaman Romawi itu, karena setelah Kerajaan Romawi runtuh, kegiatan jurnalistik sempat mengalami kevakuman, terutama ketika Eropa masih dalam masa kegelapan (dark ages). Pada masa itu jurnalistik menghilang.
Beberapa abad kemudian, kegiatan jurnalistik mulai mengalami perkembangan pesat. Mulai dari laporan harian yang menjadi cikal bakal surat kabar harian hingga kemudian berkembang pada media elektronik seperti radio, televisi, sampai internet yang merupakan media bebas dan tak terbatas.
Dakwah via Jurnalistik
Seperti yang diketahui bahwa wahyu yang pertama kali turun adalah iqra’ yang berarti membaca. Maka, kegiatan jurnalistik pun tak lepas dari aktifitas membaca. Pada zaman Nabi Muhammad saw pun sudah mulai dikembangkan adanya aktifitas membaca dan menulis. Pada saat Nabi saw membacakan wahyu yang baru diterima, terjadilah aktifitas jurnalistik yang mana Nabi saw membaca, sedangkan Zaid bin Tsabit menulisnya. Hal inilah yang membuat Zaid bin Tsabit tercatat dalam tinta emas sejarah perkembangan Islam sebagai penulis wahyu. Mungkin ada beberapa nama lain seperti Muawiyah bin Abi Sufyan, namun tidak se-eksis Zaid bin Tsabit.
Aktivitas jurnalistik pun dapat digunakan sebagai media dakwah, yang tentunya selain melalui ceramah, pidato, dan sebagainya. Dalam hal ini, jurnalistik disajikan dalam bentuk sesuai norma, akidah, dan syari’at Islam. Sudah banyak orang yang berdakwah melalui media ini. Tak hanya dalam bentuk karya tulis non fiksi, melainkan juga karya tulis fiksi seperti novel, cerpen, dll. Tokoh-tokoh nasional seperti Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub , Dr. KH. M.A. Sahal Mahfudz , Salim A. Fillah , dan Habiburrahman El-Shirazy merupakan sebagian dari pionir-pionir juru dakwah jurnalistik yang tersebar di se-antero negeri ini.
Setidaknya ada lima tujuan dakwah via jurnalistik, yaitu:
1. Mendidik (ta’dib), yaitu melaksanakan fungsi edukasi yang Islami. Sebagai juru dakwah jurnalistik setidaknya harus lebih menguasai ajaran Islam dari rata-rata khalayak pembaca. Sehingga dapat mendidik umat Islam agar melaksanakan perintah Allah swt dan menjauhi larangan-Nya, mencegah umat Islam dari perilaku yang menyimpang dari syariat Islam, juga melindungi umat dari pengaruh buruk media massa non-Islami yang anti-Islam.
Di samping itu pula hal ini harus didukung dengan minat baca masyarakat yang tinggi. Tanpa minat baca yang tinggi, wawasan masyarakat pun tak akan beranjak dari keterbelakangan. Maka dari itu, banyak poster-poster, stiker-stiker, dsb. yang menghimbau masyarakat supaya gemar membaca seperti dalam slogan "Banyak membaca, besar gunanya”, atau “Budayakan membaca!”.
2. Meluruskan Informasi (tasdid). Setidaknya ada tiga hal yang harus diluruskan oleh juru dakwah jurnalistik. Pertama, informasi tentang ajaran dan umat Islam. Kedua, informasi tentang karya-karya atau prestasi umat Islam. Ketiga, lebih dari itu jurnalis Muslim dituntut mampu menggali ‘melakukan investigative reporting’ tentang kondisi umat Islam di berbagai penjuru dunia.
Inilah yang merupakan salah satu manfaat penting jurnalistik. Selain menambah khazanah keilmuan, masyarakat pun bisa mengetahui informasi tentang adat, kehidupan, dan budaya kaum muslimin di seluruh dunia, juga dapat mengetahui dahsyatnya perjuangan kaum muslimin sebagai kaum minoritas yang kebanyakan hidup tertindas di negara-negara yang mayoritas non-muslim.
3. Memperbaharui (tajdid), yakni menyebarkan paham pembaharuan akan pemahaman dan pengamalan ajaran Islam (reformisme Islam).
Sebagian diantara umat muslim (terutama kaum salaf) di Indonesia mungkin masih mempersoalkan tentang gerakan pembaharuan. Penulis di sini juga pernah mengalami kejadian ketika masih berada di lingkungan kaum salaf. Penulis akui, sebelum tinggal di kawasan Jakarta, kehidupan begitu terasa amat mudah sehingga masih bisa memegang teguh ajaran-ajaran salaf. Namun, ketika penulis mulai hijrah ke kawasan Ibukota, ternyata kajian-kajian pembaharuan sangat dibutuhkan oleh masyarakat muslim terutama di kota-kota besar. Sehingga dibutuhkan lahirnya karya-karya seperti Fiqih Kontemporer, Fiqih Sosial, dsb. di samping tetap melestarikan khazanah-khazanah keilmuan yang terdapat dalam kitab-kitab klasik tentunya.
4. Sebagai Pemersatu (muwahhid), yaitu harus mampu menjadi jembatan yang mempersatukan umat Islam. Oleh karena itu, kode etik jurnalistik yang berupa impartiality (tidak memihak pada golongan tertentu dan menyajikan dua sisi dari setiap informasi atau both side information) harus ditegakkan. Jurnalis Muslim harus membuang jauh-jauh sikap sektarian yang ‘mengutip pandangan pakar komunikasi Dr. Jalaluddin Rakhmat’ baik secara ideal maupun komersial tidaklah menguntungkan.
Apalagi saat ini begitu banyak gerakan-gerakan yang mencoba merongrong dan memecah belah persatuan umat Islam. Hal ini dapat dicegah salah satunya dengan dakwah via jurnalistik, yang tentunya selain melalui kegiatan ubudiyah seperti zakat dan sholat berjama’ah.
5. Berjuang (jihad), yaitu berjuang membela dan menegakkan agama Islam. Melalui media massa, juru dakwah jurnalistik berusaha keras membentuk pendapat umum yang mendorong penegakkan nilai-nilai Islam, menyemarakkan syiar Islam, mempromosikan citra Islam yang positif.
Zaman yang sangat modern dengan ajaran Islam yang tersebar di mana saja mewajibkan kepada setiap muslim untuk menjaga citra positif Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Apalagi banyak kasus-kasus teroris yang berkedok jihad memperjuangkan agama Islam. Paham ini bisa dikatakan benar-benar keblinger dan perlu adanya pelurusan. Salah satunya dengan metode dakwah jurnalistik.
Sebuah riset menjelaskan bahwa pengaruh jurnalistik begitu kuat di berbagai belahan dunia terutama di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, dsb. bahkan diantaranya dijadikan sebagai pedoman dalam membuat kebijakan pada event-event kenegaraan seperti rapat parlemen. Oleh karena itu, tak ada salahnya jika kita sebagai muslim mampu mengembangkan potensi di bidang yang satu ini. Banyak yang sudah merasakan nikmatnya menulis, nikmatnya menjadi jurnalis, apalagi jurnalis yang izzul Islam wal muslimin li i’lai dinil Islam, meski harus melewati berbagai macam perjuangan yang luar biasa dan merasakan pahit getir ketika tulisannya diremehkan oleh beberapa kalangan karena dianggap masih amatir.
Penutup
Jurnalistik, sebuah kata yang sangat asing ketika penulis baru memasuki jenjang MTs, asing namun asyik, kelihatannya. Saat pertama kali mengetahui kalau siswa yang masih duduk di bangku MTs mampu menggoreskan penanya melalui ide-ide cemerlang yang digagas demi kemajuan agama Islam, maka penulis pun mulai meminati dan menggandrungi bidang ini. Sebuah keinginan kuat untuk maju, meski sampai sekarang masih berlabel ‘amatir’. Jurnalistic is power, itulah semboyan penulis. Kehebatan jurnalistik yang mampu menggoyang dunia, membuatnya tak gentar dan pantang menyerah dan tetap bersemangat untuk mengembangkan agama Islam via jurnalistik (meski belum pantas dianggap berdakwah).
Jangan pernah takut untuk memulai dari nol. From zero to hero , no sweet without sweat . Memulai dari nol bukan berarti tidak bisa sama sekali. Memulai dari nol hanya dilakukan oleh orang-orang yang berkemauan keras untuk maju. Semua butuh perjuangan, pengorbanan, dan pengalaman. Mengutip statemen Jakob Sumardjo bahwa manusia ‘hidup untuk belajar’, bukan ‘belajar untuk hidup’.
Fungsi jurnalistik diantaranya adalah sebagai media bagi orang-orang yang memiliki gagasan-gagasan cemerlang apalagi demi kemajuan Islam di zaman yang modern ini. Selain itu, jurnalistik juga bisa menjadi media alternatif bagi orang-orang yang tidak memiliki mental untuk berdakwah face to face.
Akhirnya, jangan pernah berhenti untuk berkarya, apalagi demi agama kita, Islam. Bukan imbalan yang dicari, bukan pula ketenaran, apalagi sok-sokan, melainkan berjuang demi syiar Islam. Lakukanlah sesuai kemampuan, jangan berlebihan jika memang belum mampu. “Bila anda merasa bukanlah orang yang luar biasa, maka lakukanlah pekerjaan yang biasa, namun dengan semangat dan cinta yang luar biasa.”
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
You are here: Home > > PERANAN PERS DALAM MASYARAKAT DEMOKRASI

PERANAN PERS DALAM MASYARAKAT DEMOKRASI

A.Pengertian, Fungsi, dan Peran Serta Perkembangan Pers di Indonesia
1.Pengertian Pers
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah pers mempuyai berbagai makna, yaitu: usaha percetakan dan penerbitan, usaha pengumpulan dan penyiaran berita, penyiaran berita melalui surat kabar, majalah, dan radio, orang yang bekerja dalam penyiaran berita, dan medium penyiaran berita, seperti surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film.
Sedangkan menurut Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 tentang Pers bahwa pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik yang meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia.
2.Fungsi dan Peran Pers dalam Masyarakat Berdemokrasi
Adapun fungsi pers secara umum, yakni: memberi informasi, mendidik, memberikan kontrol, menghubungkan atau menjembatani, dan memberikan hiburan.
Sementara itu, menurut Mochtar Lubis, di negara-negara berkembang pers memiliki fungsi penting, yaitu: fungsi pemersatu, fungsi pendidik, fungsi public watch dog atau penjaga kepentingan umum, fungsi menghapuskan mitos dan mistik dari kehidupan politik negara-negara berkembang, dan fungsi sebagai forum untuk membicarakan masalah-masalah politik yang dihadapi.
Mengingat betapa pentingnya keberadaan pers dalam negara demokrasi, maka pers memiliki peranan sebagai berikut.
a.Saluran informasi kepada masyarakat.
b.Saluran bagi debat publik dan opini publik.
c.Saluran investigasi masalah-masalah publik.
d.Saluran program pemerintah dan kebijakan publik kepada masyarakat.
e.Saluran pembelajaran.
Sedangkan menurut pasal 6 UU No. 40 Tahun 1999 disebutkan bahwa pers nasional melaksanakan peranan sebagai berikut.
a.Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui.
b.Menegakkan nilai-nilai dasar berdemokrasi, mendorong terwujudnya supremasi hukum dan hak asasi manusia, serta menghormati kebhinnekaan.
c.Mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat, dan benar.
d.Melakukan pengawasan, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umum.
e.Memperjuangkan keadilan dan kebenaran.
3.Perkembangan Pers di Indonesia
Perkembangan pers di Indonesia dimulai pada tanggal 7 Agustus 1774 ketika diterbitkannya Bataviasche Novelles en Politique Raisonemnetan yang merupakan surat kabar pertama di Indonesia. Setelah dua tahun terbit beredar, akhirnya surat kabar tersebut dilarang terbit oleh pemerintah Belanda atas perintah VOC di Nederland karena diperkirakan akan mengganggu bisnis VOC di Hindia Belanda. Setelah itu, terbit beberapa surat kabar berbahasa Melayu, antara lain Slompet Melajoe, Bintang Soerabaja (1861), serta Medan Prijaji (1907). Sementara itu, surat kabar terbitan peranakan Tionghoa yang muncul pertama kali adalah Li Po (1901), kemudian Sin Po (1910).
Sejarah kebebasan pers tidak serta-merta dapat kita rasakan seperti saat ini. Perkembangan pers berangsur-angsur sejak zaman penjajahan hingga sekarang ini melewati beberapa periode.
a.Pers pada masa Penjajahan Belanda
b.Pers pada masa Pergerakan
c.Pers pada masa Penjajahan Jepang
d.Pers pada masa Revolusi
e.Pers pada masa Demokrasi Liberal
f.Pers pada masa Demokrasi Terpimpin
g.Pers pada masa Orde Baru
h.Pers pada masa Reformasi
Selain pengertian, fungsi, dan peran serta perkembangan pers di Indonesia, perlu diketahui juga bahwa setiap negara di dunia ini menjalankan system pers yang berbeda-beda karena adanya perbedaan ideologi atau falsafah yang dianut oleh setiap negara yang bersangkutan.
Adapun sistem pers yang penerapannya berbeda-beda tersebut adalah sebagai berikut.
1.Sistem Pers Liberal
2.Sistem Pers Komunis
3.Sistem Pers Otoriter
4.Sistem Pers yang Bebas dan Bertanggung Jawab
5.Sistem Pers Pembangunan
6.Sistem Pers Pancasila
B.Pers yang Bebas dan Bertanggung Jawab sesuai Kode Etik Jurnalistik dalam Masyarakat Demokratis di Indonesia
1.Pers yang bebas dan Bertanggung Jawab
Pers yang bebas adalah wujud dari kedaulatan rakyat yang merupakan hal utama yang penting dalam kehidupan masyarakat yang demokratis. Kebebasan pers juga merupakan bentuk dari kebebasan berbicara dan memperoleh informasi yang telah mendapat jaminan hukum oleh negara.
Agar kebebasan pers tidak melampaui batas, maka harus diartikan sebagai berikut.
a.Bahwa kebebasan tersebut tidaklah berarti bebas untuk melanggar kepentingan-kepentingan individu yang lain.
b.Bahwa kebebasan harus memerhatikan segi-segi keamanan negara.
c.Bahwa pelanggaran terhadap kemerdekaan pers membawa konsekuensi terhadap ukuran yang berlaku.
2.Kode Etik Jurnalistik Persatuan Wartawan Indonesia
Penerapan kebebasan pers dalam negara demokrasi harus tetap dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab, dan berfungsi secara maksimal bukannya menimbulkan ketegangan-ketegangan yang berujung konflik sebagai imbas dari kebebasan yang melampaui batas.
Perlu anda ketahui bahwa Kode Etik Jurnalistik Persatuan Wartawan Indonesia terdapat empat asas,sebagai berikut
1.Asas Profesionalitas
2.Asas Nasionalisme
3.Asas Demokrasi
4.Asas Religius
C.Evaluasi terhadap Kebebasan Pers Dan Dampak Penyalahgunaan Kebebasan Media Massa dalam Masyarakat Demokratis di Indonesia
1.Upaya Pemerintah dalam Mengendalikan Kebebasan Pers
a.Membuat undang-undang pers
b.Memfungsikan dewan pers sebagai pembina pers nasional
c.Menegakkan supremasi hukum
d.Melaksanakan sosialisasi dan meningkatkan kesadaran rakyat akan hak-hak asasi manusia
2.Dampak Penyalahgunaan Kebebasan Media Massa dalam Masyarakat Demokratis di Indonesia
Berikut ini beberapa contoh bentuk penyalahgunaan kebebasan media massa.
a.Penyiaran berita / informasi yang tidak memenuhi kode etik jurnalistik
b.Peradilan oleh pers
c.Membentuk opini yang menyesatkan
d.Bentuk tulisan / saran bebas yang bersifat profokatif
Di samping beberapa dampak penyalahgunaan kebebasan media massa yang telah disebutkan di atas, secara khusus penyalahgunaan kebebasan media massa akan berdampak sebagai berikut.
a.Bagi kepentingan pribadi
b.Bagi kepentingan masyarakat
c.Bagi kepentingan negara
Hal-hal tersebut dapat menimbulkan dampak-dampak sebagai berikut.
1.Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah berkurang
2.Kepercayaan luar negeri luntur
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
You are here: Home > > Ujian

Ujian

“Aaaaa…” pekikku. Mimpi itu datang lagi untuk yang ketiga kalinya. Pesawat yang ku tumpangi kehilangan kendali hingga menerobos perbukitan entah dimana. Dua sahabatku, gus Ihya’ dan gus Fadhil berlumuran darah ‘yang tampak’ sedang meregang nyawa. Aku sendiri terjepit diantara reruntuhan atap pesawat di malam yang gelap pekat ditambah hujan yang amat deras. Tak ada suara minta pertolongan. Entah seluruh penumpang sudah tewas atau belum, aku tak tahu. Mataku masih menatap 2 sosok sahabatku yang ‘mungkin’ sudah tak bernyawa. Tak ada tanda-tanda datangnya bantuan. Akupun hampir lupa kalau masih punya Allah yang senantiasa menolong hambanya yang beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Dengan sisa-sisa kesadaranku kucoba untuk memanjatkan do’a sebisaku.
***
Namaku Fathoni. Begitulah orang tuaku memberinya. Singkat, padat, dan mudah diingat. Aku hanyalah pemuda desa atau kalau kata teman-temanku aku itu ‘wong gunung’. Pekerjaan orang tuaku sebagai petani. Aku anak ketiga dari 6 bersaudara. Kakakku yang paling besar sudah menikah. Yang kedua, perempuan, sekarang masih kuliah di Surabaya. Sedangkan aku sudah lulus MA beberapa bulan yang lalu. Saat ini aku masih dalam proses pengurusan beasiswa kuliah di Australia bersama gus Ihya’ dan gus Fadhil. Berbeda denganku, gus Ihya’ dan gus Fadhil adalah gawagis (istilah untuk gus-gus bagi orang Jogja.red). Mereka adalah saudara sepupu. Merekalah sahabatku yang sering menemani keseharianku. Belajar, jalan-jalan, dan yang paling penting adalah makan bertiga di kantin.
“Assalamu’alaikum…” sebuah suara tertuju padaku. “Wa’alaikumussalam, masya’ allah, sampeyan to gus, ketemu lagi nich,” ucapku. Pagi itu aku berniat untuk berziarah ke makam Sunan Kalijaga. Tak kusangka aku akan bertemu dengan kedua sahabatku ini saat memarkir motor.
“Badhe ziarah, gus?” tanyaku. “Ora, arep cuci mata. Yo ziarah lah, piye to sampeyan iki,” balas gus Fadhil penuh canda. Kamipun tertawa. “Monggo, ziarah bareng, jama’ah gitu,” ajakku. Akhirnya kami bertiga ziarah bersama.
***
Seusai ziarah, kamipun segera pulang ke Kudus. Cuaca hari ini amat buruk. Demak sejak tadi diguyur hujan cukup deras. Entah dengan Kudus. Langit sebelah timur terlihat amat gelap oleh mendung.
“Semoga ini semua adalah hujan rahmat, bukan sebaliknya,” bisikku dalam hati.
Tiba-tiba aku merasa ingin segera sampai rumah. Seluruh anggota keluargaku hari ini berkumpul untuk syukuran atas keberhasilanku mendapatkan beasiswa kuliah di Australia. Aku sudah lama rindu dengan kedua kakakku yang lama tak berkunjung ke rumah. Hari ini mereka akan datang, katanya sich sebelum dzuhur.
Pukul 14.00 WIB aku sudah memasuki wilayah Kudus. Sepanjang perjalanan pulang pikiranku terus saja melamun tentang keberangkatanku ke Australia satu minggu lagi. Cuaca sudah agak mendingan. Akupun berpisah dengan kedua sahabatku dan sesegera mungkin memacu motorku agar cepat-cepat sampai rumah.
***
Kugeletakkan motorku begitu saja. Aku terpaku tak percaya melihat keadaan di sekelilingku. “Astaghfirullahal’adzim,” bisikku. Dusunku yang begitu asri tanpa diduga-duga sudah berubah menjadi timbunan tanah. Tak kusangka hujan telah menjadikan desaku tertimbun longsor. Akupun langsung teringat keluargaku. Dimana mereka? Kucoba untuk mencari keberadaan mereka. Tapi apa daya, yang kutemukan hanyalah tanah, tanah, dan tanah. “Dimana keluargakuuu...?” akupun berteriak-teriak layaknya orang kesetanan.
Sesaat kemudian datanglah Tim SAR. Mereka menyisir seluruh timbunan tanah karena dimungkinkan banyak warga yang ikut tertimbun.
Hari mulai senja. Ditemukan + 70 korban tewas dan belasan korban kritis kekurangan oksigen. Penyisiran dihentikan. Esok hari mereka akan menyisir dusunku kembali.
Akupun mulai bingung dan sedih. Tak terasa air mataku sudah meleleh. Keluargaku belum ditemukan. Dari kejauhan terdengar adzan maghrib sudah berkumandang. Aku teringat gus Ihya’. Aku ingin ke rumahnya untuk meminta bantuan agar bisa bermalam di rumahnya selagi keluargaku belum ditemukan. Aku tak bisa bermalam di dusunku sendiri karena memang sudah berupa timbunan tanah dan tak berpenghuni. Kuhidupkan motorku. Di kegelapan malam aku segera meninggalkan dusunku untuk malam ini saja. Aku masih memikirkan keberadaan keluargaku. Tanpa sadar aku lupa membelok saat ada tikungan di depan. Aku terperosok ke jurang disambut oleh bebatuan dan pepohonan. Tubuhku terbentur batu besar dan terhenti disana.
“Tolong... tolong... tolong...” teriakanku mulai melemah.Tubuhku sudah tak berdaya. Tiba-tiba di sekitarku segalanya terasa gelap dan sunyi senyap.
***
Aku tak tahu sudah berapa lama aku pingsan. Ketika aku bangun aku sudah berpindah tempat. Sejuk, mungkin malah agak dingin. Ternyata aku sudah berada di Rumah Sakit. Disamping tempat tidurku berdiri gus Ihya’ dan gus Fadhil. Kedua mata mereka terlihat berkaca-kaca. Aku masih belum sadar betul. Kucoba untuk duduk tetapi ditahan oleh gus Fadhil. “Nggak usah duduk, badanmu masih lemah,” ujar gus Ihya’. “Aku ingin pulang, gus,” tuturku lemah. “Kamu nggak bisa pulang, dusunmu masih... ya tahulah kau,” kata gus Fadhil. “Bagaimana keadaan keluargaku?” tanyaku. Suasana terasa hening sejenak. “Keluargaku bagaimana?” tanyaku lagi. Gus Ihya’ dan gus Fadhil saling berpandangan. “Ehm, seluruh keluargamu sudah ditemukan. Tapi maaf, mereka sudah meninggal,” kata gus Fadhil dengan pandangan menunduk. “Benarkah?” tanyaku tak percaya. “Iya, kemarin mereka sudah ditemukan tak bernyawa,” jawab gus Ihya’. Akupun pingsan.
***
Setelah 3 hari dirawat, akhirnya aku dibawa pulang ke rumah gus Ihya’. Kali ini aku kembali dipusingkan dengan barang-barang dan berkas-berkas beasiswaku yang tertimbun longsor. “Sudahlah, untuk sementara waktu pakailah pakaianku,” tutur gus Ihya’. Gus Fadhilpun mengiyakan. “Bagaimana dengan berkas-berkasku?” tanyaku. “Nanti akan kucoba agar bisa diurus kembali. Abahku akan mengusahakannya,” jawab gus Fadhil. “Makasih gus, kalian sudah banyak membantuku,” ucapku.
Cukup dua hari berkas-berkasku sudah bisa berada di tanganku. Tinggal dua hari lagi aku berangkat ke Australia. Kedua sahabatku dengan amat baiknya telah membelikanku beberapa potong baju, celana, dan sarung. Akupun hanya bisa terharu oleh perlakuan mereka kepadaku. Sore hari sebelum keberangkatanku, kusempatkan untuk berziarah ke makam keluargaku di dekat dusunku. Disana aku tak bisa menahan keluarnya air mataku. Mereka telah meninggalkanku untuk selama-lamanya. Akupun akan meninggalkan mereka untuk beberapa tahun ke depan.
***
Bandara Soekarno-Hatta cukup ramai. Keberangkatanku dijadualkan pukul 20.00 WIB. Aku bersama gus Ihya’ dan gus Fadhil diantar oleh keluarga mereka. Air mataku kembali meleleh. Di saat keberangkatanku ke Australia tak ada keluargaku yang menemaniku. “Jangan bersedih, anggap saja kami semua ini keluargamu,” tutur ayah gus Fadhil. Mereka semuapun tersenyum padaku. Lagi-lagi aku tak bisa menahan keluarnya air mataku. Kali ini adalah air mata bahagia. “Terima kasih sudah begitu banyak membantu saya. Saya akan membalas semua kebaikan kalian dengan prestasi dan kesuksesan saya. Saya akan membuat keluarga saya bahagia melihat keadaan saya esok hari,” ucapku. Pesawat akan segera delay. Kami bertiga berpisah dengan keluarga disertai berbagai untaian do’a kesuksesan dari mereka.
Cuaca kelihatan mulai memburuk. Sudah setengah jam pesawat melayang di udara. Semuanya terlihat baik-baik saja. Sepanjang perjalanan, tak henti-hentinya kupanjatkan do’a. Kedua temankupun begitu. Akhirnya akupun tertidur. Tidur yang amat nyenyak. Paling nyenyak dari yang nyenyak-nyenyak. Sampai-sampai instruksi pilot dan pramugari tak kuhiraukan. Tiba-tiba pesawat sudah mulai terombang-ambing kehilangan kendali. Akupun terbangun. “Aaa... aaa... aaa...” Hanya itulah yang dapat keluar dari mulut para penumpang. Aku mulai teringat mimpiku dahulu. Seperti inilah mimpi yang kualami. Dengan sekejap pesawat sudah menerobos perbukitan. Sangat mirip dengan mimpiku. Aku tertindih reruntuhan pesawat. Badanku berdarah terkena pecahan-pecahan kaca. Kulihat kedua sahabatku sudah terbujur kaku. “Gus Ihya’... Gus Fadhil... Gus Ihya’... Gus Fadhil...” Kucoba untuk memanggil mereka tetapi tak ada jawaban. Aku mulai melemah. Segalanya terlihat buram. Mataku tak dapat melihat dengan jelas. Akupun pingsan.
***
Evakuasi korban sudah dilakukan. Hanya aku yang masih hidup. Aku dibawa ke Rumah Sakit terdekat. Operasi langsung dilakukan. Setelah dua jam operasipun selesai. Operasi yang sukses. Akupun dipindah ke ruangan perawatan. Banyak sekali wartawan yang mewawancaraiku. Akupun bercerita mulai longsornya dusunku sampai kecelakaan pesawat itu. Waktu kian bergulir tetapi badanku bertambah lemah. Lagi-lagi aku harus masuk ruang ICU kembali. Kali ini cukup lama, hampir empat jam.
“Sorry, he is unsaved,” tutur seorang dokter kepada beberapa wartawan di depan ruang ICU.
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
You are here: Home > > BIARKAN ANAK BICARA Sebuah Pembelaan bagi Anak yang Berdedikasi Tinggi

BIARKAN ANAK BICARA Sebuah Pembelaan bagi Anak yang Berdedikasi Tinggi

BIARKAN ANAK BICARA
Sebuah Pembelaan bagi Anak yang Berdedikasi Tinggi
Oleh: Afa el_Azizy*
Di jaman yang serba modern dan canggih ini, kebanyakan orang tua memiliki segudang harapan agar anaknya kelak menjadi pribadi yang selain sholeh, tetapi juga menjadi sosok yang cerdas dan berwawasan luas. Agaknya memang cukup berlebihan. Tetapi didukung dengan do’a dari orang tua dan si anak serta keteguhan dan kemantapan orang tua pada perkembangan anaknya, bukan tak mungkin segala impian sang orang tua akan terlaksana.
Ternyata, berangkat dari perkembangan si anak yang sangat nyata dan gamblang serta dapat diuji kecakapannya, mayoritas orang tua kurang menerima keadaan itu. Hal ini banyak terjadi di kalangan orang tua yang sangat kental dengan prinsip yang mereka pegang yang mana mereka tidak pernah menerima komitmen anaknya yang agak berseberangan ataupun hanya berupa suatu jalan pintas dari prinsip yang mereka miliki. Padahal, komitmen si anak belum tentu sepenuhnya salah. Si anak tersebut bisa mantap dengan suatu komitmen dikarenakan mereka memiliki argumen yang kuat dan dapat dipercaya serta mudah ditemukan referensinya. Tak mungkin si anak itu hanya sekedar ngawur atau main-main disebabkan pada kisaran usia tersebut, si anak sangat butuh terhadap konsep yang jelas dan kuat yang bisa dibilang cukup untuk menjadi pedoman hidup dan bukan untuk sekedar bermain-main.
Terlebih jika orang tua sudah mulai perang mulut atau beradu argument dengan si anak. Si anak yang mempunyai banyak jurus jitu dan memiliki seribu akal yang masih cemerlang, bukan mustahil sang orang tua akan klepek-klepek dengan apa yang diutarakan oleh anaknya. Seharusnya prinsip itu tidak hanya harus dipegang, tetapi juga harus dicari ribuan cara untuk mempertahankannya. Kebanyakan orang tua sering beranggapaan bahwa kalau sudah punya prinsip, harus dipegang erat-erat. Padahal, selain harus dipegang, mereka juga harus punya cara yang tepat untuk mengendalikannya agar tak luput diterjang prinsip orang lain. Inilah salah satu kelemahan yang sering dilupakan oleh sang orang tua. Kalaupun tidak, itupun hanya minoritas. Tak dapat dipungkiri, bila orang tua sudah kalah dalam berargumen, maka mereka tidak akan terima dengan segala perkataan anaknya atau mungkin malah sampai batas yang tidak wajar dengan menyumpahi si anak seperti berucap, “Dasar anak tak tahu diri, dikasih tahu orang tua malah ngelawan, sudah disekolahin mahal-mahal cuma begini jadinya. Awas nanti kalau kuwalat”. Sungguh tragis. Menurut pendapat sang orang tua, sebagai anak itu harus manut saja supaya tidak nyusahin mereka. Padahal, si anak hanya ingin sekedar meluruskan atau hanya ingin memberitahu segala uneg-unegnya.
Meskipun begitu, masih ada orang tua yang sadar akan kelebihan anaknya dalam hal mengutarakan seluruh ganjalan hatinya. Mereka menganggap hal itu sebagai awal titik kebangkitan si anak untuk bertindak lebih dewasa dan lebih maju dibanding sebelumnya. Mereka tak pernah menjadikan argumen si anak sebagai cara untuk memojokkan dan mengunggahi pengetahuan mereka. Tak sekalipun ada di benak mereka bahwa si anak akan keminter terhadap diri mereka. Mereka lebih suka kalau si anak memperoleh lebih dari apa yang mereka dapatkan. Dengan itu, segala pengorbanan mereka pada si anak tak sia-sia. Yang penting, perbedaan prinsip bukanlah suatu kontroversi besar. Dengan perbedaan tersebut, sang orang tua bisa juga menjadikannya sebagai pengetahuan atau wawasan baru karena diperkuat oleh berbagai argumen yang mungkin saja sewaktu-waktu bisa dipegang dalam keadaan darurat dan terpaksa.
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
You are here: Home > > Penting!!! Wajib Dibaca...

Penting!!! Wajib Dibaca...

1. Menjual kitab atau buku yang tidak ada manfaatnya, serta bisa membahayakan pembaca dan orang lain, hukumnya diharamkan seperti menjual buku perbintangan (ilmu sihir), buku filsafat wa akhowatuha (dan saudara-saudaranya.red).
2. Perbuatan atau ucapan seseorang yang bisa membangkitkan orang lain untuk melakukan atau mengucapkan sesuatu yang diharamkan (provokasi), maka termasuk maksiat dan larangan agama.
3. Dokter yang memberikan resep saja (tanpa obat.red), baginya tidak berhak mendapatkan ongkos dengan apa yang telah ia beritahukan. Karena apa yang telah ia katakan (ilmu pengobatan.red) tidak akan berpindah pada orang lain, bahkan ia masih tetap tahu dan orang lain juga tahu, meskipun resep obat itu hanya dia yang mengetahuinya (apa salahnya sich, bagi-bagi ilmu gratis.red).
4. Mengucapkan salam (semisal dalam ceramah.red) ketika di dahului ucapan lain (termasuk baca basmalah dulu.red), maka telah hilang tempat atau kesunnahan salam, sebab salam adalah penghormatan pada umat Muhammad yang wajib untuk diawalkan dari apapun. Artinya, melafadzkan salam disunnahkan untuk dilakukan sebelum mengucap sepatah katapun.
5. Sesungguhnya orang yang melangkahi leher manusia (berangkat terakhir, mau duduk di depan.red) pada hari jumuah dan memisahkan antara 2 orang setelah imam keluar (mau khutbah.red), seperti menarik ususnya di neraka.
6. Sebagian dari nasihat Rasulullah SAW kepada umatnya, “tanda-tanda berpalingnya Allah dari hambanya yakni apabila hamba itu sibuk dalam melakukan perkara yang tidak berfaedah bagi dirinya sendiri dan hamba itu menggunakan umurnya untuk melakukan perkara yang tidak menjadi tujuan diciptakaimya yaitu beribadah, tentu pantas baginya untuk mengeluh atau bersedih dalam waktu yang lama. Dan apabila hamba itu telah menginjak usia 40 tahun tetapi amal baiknya tidak bisa melebihi amal buruknya, maka sebaiknya ia bersiap-siap masuk neraka. Nasehat ini sudah cukup untuk orang-orang yang berilmu.

Maroji’:
1. Mughni Al Muhtaj, Juz 2. hal 12
2. Is’ad Ar Rofiq Juz 2. hal 93
3. lhya’ Ulum Ad Din Juz 2. hal 153
4. Dalil Al Falihin Juz 5. hal 343
5. At Targhib Wat Tarhib. hal 29
6. Ayyuhal Walad. hal 3
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
publisher: 7 templates